Dalmatian Coast..
Negara Kroasia itu sangat beruntung, ketika Yugoslavia pecah mereka mendapat daratan yang sepanjang tepinya dibatasi oleh laut. Sedang Serbia, Macedonia Utara dan Kosovo merupakan landlocked yang sama sekali tidak mempunyai akses air jika lagi gabut. Demikian juga dengan Bosnia and Herzegovina yang hanya mempunyai batas laut yang cuma sepanjang 20km alias sejumput. Walaupun dikelilingi oleh negara Kroasia tetapi di bawah undang-undang internasional Bosnia mempunyai hak untuk mengakses ke laut Adriatic yang pada musim dingin lebih sering berkabut.
Garis pantai yang dimiliki oleh negara Kroasia ini disebut Dalmatian Coast yang mengambil nama dari suku yang dahulu mendiaminya. Ada ribuan pulau di lepas pantai dengan luas yang beragam sehingga terlihat bagaikan bintik-bintik atau spot dari udara. Bagaikan warna hitam dengan dasar putih pada kulit sejenis anjing yang sudah sangat terkenal di seluruh dunia. Ya, anjing jenis Dalmatian memang telah dikukuhkan oleh persatuan anjing di seluruh dunia sebagai binatang asli yang berasal dari negara Kroasia.
Pantai-pantai di negara Kroasia dikenal sebagai tempat plesiran utama pada saat liburan musim panas. Puluhan kota-kota yang terletak di sepanjang pantai akan menggeliat untuk menarik pengunjung supaya bisa mengisi uang kas. Kapal-kapal ferry akan kembali hilir mudik antara daratan Italy yang hanya sejarak pemandangan lepas. Juga ada penerbangan langsung maskapai kecil dan murah yang menuju beberapa kota yang membuat akses lebih mudah dengan budget yang pas.
Dubrovnik dan Split merupakan salah satu dari banyak kota tujuan wisata yang ada di sana. Saya menumpang bus malam dari Zagreb sehingga ketika sampai di Dubrovnik saat waktu sarapan tiba. Yang menarik, bus harus melintasi ke sebuah pulau karena daerah Dubrovnik sama sekali terpisah dari seluruh negara Kroasia oleh daratan yang dimiliki negara Bosnia. Mungkin jika perjalanan dilakukan di siang hari bisa dipastikan akan disajikan dengan pemandangan yang sangat indah.
Wilayah kota tua di Dubrovnik dikelilingi oleh tembok benteng yang sangat tinggi sebagai penjaga. Terasa kembali ke abad pertengahan ketika kaki melewati pintu gerbang dengan sebuah jembatan batu yang terbentang di depannya. Jalanan utama berupa marmer putih sepanjang 300 meter menuju areal terbuka di mana sebuah gereja menjadi bangunan yang utama. Jalanan di antara bangunan rumah-rumah seperti labirin dengan tangga batu yang naik turun seperti tiada habisnya.
Yang unik adalah semua lampu-lampu yang berada di sepanjang jalan dan menerangi rumah-rumah penduduk. Dibuat seragam dengan rangka logam dan jendela kaca, tidak perduli besar dan kecil semuanya sama dalam bentuk. Selain berfungsi untuk alat penerangan juga sekalian sebagai tempat memberi tanda atau spanduk. Apotek akan mempunyai stiker salib hijau yang transparan sedang toko-toko yang lain disesuaikan dengan maksud teruntuk.
Bagi penggemar film Game of Thrones, jalan-jalan ke daerah ini akan membangkitkan gairah tersendiri. Karena banyak adegan luar dari film serial yang terkenal di seluruh dunia itu berlokasi di sini. Seperti Benteng Lovrijenac yang menjadi Red Keep in King’s Landing ketika berlangsung tournament saat penobatan King Joffrey. Atau tangga jalanan di mana Queen Cersei dihukum berjalan dengan telanjang sambil dilempar kotoran dan diteriaki.
Sedang Split adalah sebuah kota pelabuhan di tepi laut yang melihat dari ilustrasi lukisan yang ada sepertinya pernah sangat jaya pada masanya. Muara yang berbentuk teluk sangat ideal untuk kapal-kapal yang berlabuh membongkar muat barang-barang yang berharga. Hingga kini Split merupakan pelabuhan transportasi kapal-kapal ferry yang melayani pulau-pulau yang lain serta untuk menyeberang ke Italia. Ada banyak kota-kota lain yang terletak di pulau-pulau di laut Adriatic yang tak kalah indahnya seperti Hvar atau Milna.
Saya terpesona ketika memasuki kompleks Diocletian Palace di Split yang sudah berusia sekitar 17 abad. Kompleks istana yang seluas hampir 40 ribu meter persegi itu didirikan oleh Kaisar Romawi Diocletian pada tahun 305 Masehi dengan berbentuk persegi empat. Kini bangunan-bangunan yang masih utuh menjadi pusat bisnis berupa restoran, hotel dan toko-toko yang menjual aneka pernak-pernik yang bisa menjadi oleh-oleh untuk kerabat. Kamar saya di hotel berbintang empat berada di dungeon alias ruang bawah tanah dengan batu-batu besar yang tersusun rapi dengan sangat rapat.
Tabik.
B. Uster Kadrisson