Home > Lain-lain > Portofino..

Saya biasanya mengkoleksi photo tempat-tempat indah yang ingin saya kunjungi di dalam sebuah album yang saya simpan di smartphone. Saya cenderung untuk menyukai kota, baik itu besar maupun kecil atau malah hanya sebuah desa yang tersembunyi di balik pohon. Dan saya tidak begitu menyukai tempat atraksi dan monument buatan, sampai teman saya sebel karena saya tidak mau ikut bersamanya ke Disneyland atau Mount Rushmore di South Dakota untuk melihat patung 4 president Amerika yaitu Washington, Jefferson, Roosevelt dan Lincoln. Selain itu saya juga bukan penggemar alam terbentang, mungkin saya ingin pergi ke Kathmandu di Nepal tetapi bukan untuk melihat Himalaya, saya hanya ingin menyusuri kotanya dan duduk di pojokan cafe kecil sambil menikmati suasana sekitar sembari menonton.

Dari semua koleksi yang saya simpan, gambar kota-kota di negara Italia memenuhi hampir mencapai sepertiganya. Bukan hanya kota besar seperti Turino, Venezia, Florence atau Roma, bahkan juga kota-kota kecil seperti Padua, Verona atau Sienna. Sebagian sudah saya hapus karena sudah saya datangi dan masih berencana untuk mengunjungi sebanyak mungkin kota yang ada di bagian atas hingga turun ke bawah. Hingga saat ini, jumlah titik-titik di Google Maps untuk negara Italia sebagai pertanda kota-kota yang sudah pernah saya kunjungi sudah ada mencapai lebih dari 25.

Portofino yang ada di dekat Genoa adalah salah satu yang menjadi tujuan kunjungan, apalagi setelah mendengar dendangan suara merdu dari Andrea Bocelli. Dalam lagu Love in Portofino, dia bercerita tentang pertemuan dengan kekasih hati di kota yang terletak di pinggir laut yang sangat indah pada saat matahari bersinar di pagi hari. No, non è più triste il mio cammino, perjalanan hidupku tidak lagi menyedihkan, demikian lantunan lirik lagu ketika Andrea bernyanyi. Ah, saya tidak mencari cinta di sana tetapi apakah saya akan menemukan seorang cemceman yang akan menemani selama petualangan kali ini.

Perjalanan dimulai dari Genoa ke stasiun Santa Margherita Ligure yang mudah ditempuh dengan kereta hanya dalam kurang dari satu jam. Tiket yang sangat murah, hanya seharga secangkir cappucino yang kemarin saya beli di cafe kecil di London yang ada di dekat sebuah jembatan. Di pintu keluar stasiun Santa Margherita Ligure sudah menunggu bus nomer 782 yang akan langsung mengantarkan menuju ke tujuan. Tetapi jarak yang hanya 4 km dengan cuaca yang lumayan nyaman membuat saya lebih memilih untuk pergi berjalan.

Jarak yang tidak begitu jauh sebenarnya bisa ditempuh dengan berjalan kaki kurang dari sejam tetapi apalah daya kalau di sepanjang perjalanan banyak yang ingin diabadikan untuk menjadi kenang-kenangan. Terpaksa berhenti disana-sini karena di setiap lekukan akan memberikan pemandangan yang sangat mengagumkan. Dahulu di beberapa bagian dari jalanan pedestrian di pinggir laut ini ada karpet berwarna merah yang panjang terbentang. Tetapi karena erosi dan pengaruh cuaca sehingga karpet tersebut dibongkar sekitar 4 tahun yang lalu dan diganti dengan kayu atau batu granit sebagai alas jalan.

Satu yang saya kagumi ketika mengunjungi kota-kota di Italia yaitu arsitektur rumah-rumah atau villa-villanya yang sangat mencengangkan. Berdiri di pinggir tebing yang terjal dengan tangga-tangga yang melingkar, pasti pemandangan dari atasnya begitu indah tiada terbilang. Di beberapa ruas jalan, mereka sengaja membelah tebing supaya tidak mengganggu tekstur perbukitan. Yang hebatnya, jalan pedestrian terpaksa dibuat melingkar supaya sebuah pohon yang tumbuh di pinggir tebing tidak terganggu dan tetap bertahan.

Portofino yang asalnya merupakan sebuah desa nelayan kini telah berubah menjadi tempat peristirahatan bagi orang-orang kaya. Untuk mengakomodasi kebutuhan kehidupan jetset mereka di sana sengaja dibuka berbagai butik terkenal seperti Louis Vuitton, Hermes atau Prada. Semburat warna-warna pastel dari bangunan-bangunan yang ada memenuhi tepi dermaga memberikan pemandangan yang sangat indah. Tetapi entah kenapa saya sedikit kecewa karena Portofino tidak seperti yang saya kira, malah Veranna yang ada di tepi danau Como dua kali jauh lebih mempesona.

Tabik.

B. Uster Kadrisson