Home > Lain-lain > London..

Ah, berbicara tentang London saya jadi sungkan untuk ngomong banyak-banyak, soalnya inikan daerah kekuasaannya mak Ifani sebagai Ibu Suri. Si Emak yang sering sekali bolak-balik naik pripatjet yang serasa sudah kayak naik omprengan arah Depok-Bekasi. Bisa-bisa saya akan digetok pake centongan kalau ngomong atau ngarang yang enggak-enggak yang tidak sesuai dengan situasi. Atau malah dilempar pake combro yang sudah setengah digigit, soalnya kalau sudah menyangkut masalah makanan si Emak sedikitpun nga mau rugi.

Tapi ijinkan saya bercerita ya Mak, memberikan laporan pandangan mata dari orang yang baru datang dari kampung seberang untuk pertama sekali. Walaupun saya sudah sering keluyuran di Eropah tetapi entah kenapa negara Inggris tidak pernah masuk ke dalam daftar yang diingini. Sudah menggigil sendiri dengan bayangan akan cuaca yang muram dan hujan yang selalu akan dihadapi yang katanya terjadi hampir setiap hari. Tidak heran kalau tokoh-tokoh dalam cerita atau film tentang England selalu membawa payung yang sudah menjadi suatu kewajiban sebagai salah satu pelengkap aksesori.

Ternyata benar, sudah dua hari saya di sini dan hujan jatuh sepanjang hari bergantian antara curah yang sedikit lebat dengan rinai dan gerimis tipis yang tiada henti. Yang sangat mengagetkan yaitu cuaca di penghujung tahun yang tidak begitu dingin kurang lebih seperti di daerah Puncak dimana banyak orang ngArab yang mencurahkan birahi. Dan disini banyak sekali dijumpai tampang-tampang Timur Tengah atau warga asal Asia Selatan, seperti India, Bangladesh dan Pakistani. Juga warga asal benua Afrika karena Inggris dahulu mempunyai banyak negara jajahan disana yang kini membuat mereka lebih mudah untuk datang berimigrasi.

Sebenarnya tidak adil kalau saya bercerita panjang lebar tentang London dalam sebuah kunjungan yang sangat singkat. Kota yang sangat besar dengan banyak sekali tempat-tempat yang ingin dilihat, seperti istana Buckingham atau Kensington tempat keluarga kerajaan Inggris beristirahat. Juga ada puluhan jembatan yang menghubungi kedua belah sisi sungai Thames dengan air yang berwarna coklat, mulai dari Millenium Bridge yang menjadi latar belakang film Harry Potter serta Tower Bridge yang bisa terbelah dan terangkat. Atau Westminster Bridge dimana ada Jam Gadang Big Ben di ujungnya, yang kalau pada siang hari ornamen terracotta di dinding jembatan memberikan bayangan seperti alat kelamin pria yang tengah mencuat.

Sedangkan saya yang bukan type turis yang hilir mudik kesana kemari, cuma hanya sekedar ingin duduk-duduk menikmati secangkir kopi di cafe pinggir jalanan di daerah Nottinghill, siapa tahu ketemu Julia Roberts atau Hugh Grant. Mungkin juga main ke stasiun Paddington untuk mencari si beruang lucu atau ke King Cross Station, barang kali disana ada Harry Potter dan kawan-kawan. Atau sekedar berjalan-jalan di daerah Southwark yang berada di antara jembatan-jembatan terkenal tersebut, di antara bangunan-bangunan tua khas Inggris untuk sekedar makan siang atau sarapan. Mungkin juga singgah untuk menonton drama di Globe Theater yang ada di sebelahnya dimana dahulu menjadi tempat William Shakespeare mengadakan pertunjukan.

Transportasi massal di London tergolong sedikit mahal karena mengikuti zona yang terbagi menjadi sembilan. Cara yang paling mudah adalah dengan membeli tiket terusan harian yang bisa dipakai naik turun sepuasnya untuk semua jalur kereta Underground. Atau yang lebih murah lagi adalah tiket terusan harian untuk naik bus double decker yang berwarna merah yang juga bisa dipakai untuk keluyuran. Santai saja dan nikmati perjalanan karena jika banyak mikir saat melihat jalur Tube, sebutan untuk kereta bawah tanah, yang sudah sedemikian rumit, konon pula jalur bus yang terlihat seperti anyaman.

Sekali lagi, London memang indah menakjubkan dan mungkin akan bisa menjadi kota kesukaan tetapi sayang saya tidak mempunyai getaran-getaran yang membuat ingin kembali. Selain suasana muram dan hujan yang berkepanjangan, yang rasanya sedikit berbeda jika saya mengalami gerimis yang sama saat berada di Venezia atau Roma, Italy. Biarlah London menjadi tempat kediaman dan daerah jajahannya mak Ifani, dari pada kita berdua disana jambak-jambakan nanti. Besok saya akan kembali terbang ke Milan untuk menjelajahi bagian lain dari negara berbentuk sepatu boot, ah.. entah sudah berapa kali saya datang kemari dan masih saja masuk ke dalam daftar itinerary.

Tabik.

B. Uster Kadrisson