Home > Spritual > Cain and Abel..

Cain mengendap-endap di belakang Abel yang terlihat sepertinya tengah celingak-celinguk mencari sesuatu. Sepertinya dia tidak mencari sebuah benda tetapi seseorang yang ingin bertemu. Padahal semua anggota keluarga sedang berada di lembah permai yang ada di antara dua sungai yang dekat dengan pintu. Ya, setelah kedua orangtua mereka terusir dari taman Eden, mereka sebenarnya bermukim dan tinggal tidak begitu jauh.

Adam sekarang telah berusia sekitar seratus tahun lebih, terhitung sejak masa penciptaan dan hidup beberapa lama di taman surga. Menurut cerita saat diusir mereka keluar dari pintu yang berbeda dan ada puluhan tahun lamanya mereka saling mencari dan akhirnya bertemu jua di Padang Arafah. Intuisi serta instinct primordial yang kemudian membawa mereka untuk kembali ke tanah Mesopotamia. Di sana, tidak jauh dari pintu taman yang katanya serpihan mutiara firdausi, Adam dan Hawa mulai membentuk sebuah keluarga.

Hawa melahirkan anak sepasang-sepasang, Cain terlahir dengan Iqlimiya dan Abel terlahir bersama dengan Layudha. Usia mereka tidak terlalu jauh berbeda hanya terpaut beberapa tahun saja. Tetapi setelah dewasa Cain menginginkan kembarannya sendiri sebagai pasangan, sedangkan hal itu telah dilarang oleh Yang Maha. Adam kemudian menyarankan mereka agar memberikan persembahan untuk menuntaskan masalah dan kepunyaan Abel yang merupakan binatang ternak habis terbakar tanda diterima.

Satu yang mereka semua tidak menyadari kalau Lucifer memperhatikan segala sesuatu yang terjadi dan mulai mempengaruhi jalan pemikiran sang adik. Dia memuja-muji si bungsu sebagai orang pilihan YHWH yang kemudian membuat Abel terlena dan perasaan bangga di hati menjadi naik. Lucifer menjanjikan kalau Abel akan bisa kembali masuk ke taman surga karena dia masih mempunyai kenalan baik. Abel muda yang sangat naif kemudian menerima ajakan dan mendengarkan semua bisik-bisik.

Hingga sampai pada hari yang naas itu, yang akan diceritakan sampai ribuan tahun lamanya tetapi dengan versi yang berbeda. Ketika Cain memergoki Abel yang hampir melakukan baiat kepada Lucifer karena dia terpesona kepada sosok yang mengaku sebagai sang pemilik kunci surga. Lucifer yang sangat membenci kedua orangtua mereka sejak awal penciptaan dan masih saja tidak puas walaupun mereka telah terusir dari dalamnya. Seperti janjinya semula yang akan mempengaruhi dan membawa seluruh anak keturunan Adam untuk masuk bersama-samanya ke dalam neraka.

Keadaan menjadi berbalik ketika kedatangan Cain yang tidak terduga membuat Lucifer kemudian menyandera Abel dan mengancam akan keselamatannya. Penderitaan dan penyiksaan yang dilakukan oleh Lucifer membuat Abel tidak berdaya dan tidak sanggup lagi sehingga memohon kepada sang abang untuk mengakhiri nyawanya saja. Yang hanya memberikan Cain satu pilihan, ketika dia memutuskan untuk menusukkan pisau tajam yang dibuat dari rahang keledai tua. Mata Abel menatapnya dengan pasrah ketika nyawa terlepas dari raga sementara setelahnya Lucifer pergi melenggang dengan tertawa.

Langit seketika berubah menjadi gelap dan petir menggelegar saling menyambar pertanda yang Maha tidak suka karena darah pertama telah tertumpah. Tetapi apa yang hendak dikata, semua telah terjadi dan semata-mata tidak ada yang bersalah. Dia kemudian mengirimkan seekor burung gagak ke hadapannya yang mengais sesuatu dan kemudian menimbunnya dengan tanah. Cain kemudian meniru perilaku makhluk tersebut untuk menguburkan saudaranya sekandungan dan sedarah.

Nasib telah digariskan, benih telah disemaikan, Cain bersedia menerima takdirnya sebagai orang yang akan dibenci. Tetapi Tuhan yang Maha kemudian memberikannya pilihan sebagai bukti kalau Dia memang sang Maha Pengasih. Cain memilih untuk pergi menjauh ke arah timur dengan membawa serta Layudha sebagai istri. Ketika dia memohon agar supaya nasibnya tidak terbunuh seperti sang adik, Tuhan kemudian memberikannya tanda yang membuat orang menjauh yang kemudian dikenal sebagai penyakit lepra atau leprosy.

Tabik.

B. Uster Kadrisson

Catatan : kisah ini digabung antara ide yang didapat dari film Supernatural dan beberapa bacaan di kitab suci. Semua telunjuk menuding Cain sebagai orang yang jahat tetapi terbukti kalau YHWH sendiri menunjukkan belas kasihan dan mercy. Tidak ada yang tahu persis apa yang telah terjadi, sedang interpretasi dari kitab Torah Yahudi mengisyaratkan kalau ada pengaruh dari pihak ketiga yang memperkeruh situasi. Al Kitab sendiri tidak begitu memperjelas akar permasalahan hanya dengan alasan jealousy dan Al Quran mengisahkan tentang seekor burung gagak dan mengatakan pembunuhan hanyalah tindakan yang membuat orang menjadi merugi.

Cain smiting Abel, Sebastiano Ricci (1659-1734), oil on canvas.

Adam and Eve with the infant Cain and Abel, Lorenzo de Ferrari (1680-1744), oil on canvas.