Hari ini ada enam orang yang akan diangkat oleh ayahanda Jokowi untuk menjadi mentri, pengganti dari mereka-mereka yang tersandung berbagai masalah. Kalau dahulu, reshuffle mentri di tengah perjalanan sebuah kabinet merupakan pergantian pemain antar waktu yang merupakan hal yang biasa-biasa saja. Dan umumnya kembali diangkat orang dari partai yang sama karena banyak sekali anggota partai yang mengantri minta jatah. Tetapi kalau dalam kabinet Kerja pemerintahan ayahanda Jokowi, jika didepak keluar dari arena itu artinya ditangkap oleh KPK atau sama sekali memang tidak bisa bekerja.
Ada beberapa nama yang sepertinya memang berkompeten untuk mengisi posnya masing-masing yaitu seperti Gus Yaqut dan Bunda Risma. Tetapi kali ini saya tidak mau berkomentar banyak karena sudah beberapa kali harapan yang dilambungkan tinggi-tinggi kembali terpental jatuh menjadi mentah. Telah sering merasa kecewa dengan orang-orang yang pernah digadang-gadangkan dan diharapkan mempunyai sepak terjang dalam menjaga bumi Nusantara. Tetapi setelah diangkat menjadi pembantu ayahanda Jokowi, diam tidak berkutik duduk di belakang meja tanpa terdengar ada suara menggelegar yang membuat berdiri bulu roma.
Seperti ketika mantan tentara dengan karir yang cemerlang yaitu Jendral Fachrul Razi yang akhirnya didapuk. Karena sesama pendiri partai Hanura, kemungkinan pak Wiranto yang mengusulkannya sebagai orang yang paling tepat sebagai mentri Agama dan pasti disertai dengan janji yang muluk-muluk. Awal gebrakan cukup memberikan getaran ketika melarang penggunaan cadar dan celana cingkrang di dalam lingkungan kantor pemerintahan, hanya diperbolehkan memakai kopiah kupluk. Ternyata setelah itu, afiliasinya semakin bergoyang ke kiri dan saat berhadapan dengan kaum intoleransi malah melempem kayak kerupuk disiram air jeruk.
Pak Tito Karnavian ketika diangkat sebagai mentri dalam negeri juga sempat digadang-gadangkan akan melakukan terobosan yang sangat berarti. Sudah banyak pemirsa yang siap menonton dengan menyiapkan jagung rebus dan popcorn, menunggu aksinya menggulung kaum pencinta HTI yang sangat banyak berkeliaran di dalam berbagai instansi. Ternyata setelah satu tahun berlalu, tidak ada tampak usaha-usaha ke arah sana, wan Abud masih juga tidak tersentuh padahal sudah banyak kelakuannya yang mengarah ke ranah korupsi. Setelah saya menyimak kata sambutan yang diberikan oleh pak Tito dalam sebuah acara FPI ketika beliau masih menjadi Kapolda, dengan segala puja pujian terhadap si Bibib dan dedengkotnya, nga heran kalau semua harapan akhirnya menjadi basi.
Dokter Terawan mungkin sedikit pengecualian, beliau dikesampingkan karena mungkin suasana ribut yang tidak berkesudahan dengan sesama kolega para mantri-mantri. Memang sedikit susah untuk kelompok yang satu ini, yang merasa terlalu pintar sehingga tidak mau diatur oleh orang yang tidak selevel dan bisa mengerti. Herannya, para mantri yang ada di IDI sudah banyak yang ketularan virus kadrun, padahal mereka orang-orang yang katanya intelektual dan berpemikiran tinggi. Memang virus yang satu ini sangat hebat, bisa membuat orang yang pintar dengan titel berleret-leret menjadi seperti kerbau dicocok hidung atau zombie.
Beberapa mentri memang bekerja dalam senyap dan saking senyapnya tidak ketahuan apakah mereka masih hidup atau sudah mati. Menhan Prabowo tidak pernah kelihatan, tetapi urusan beliau memang ada di belakang layar bukan tampil di depan panggung bagaikan selebriti. Sedang Bu Sri, masih tetap tokcer sebagai bendahara negara yang terbukti dengan neraca keuangan yang masih stabil dan tidak goyang ke kanan dan ke kiri. Bu Retno Marsudi sekali-sekali tampil ke depan, seperti sekarang yang hendak menjewer telinga kedutaan besar Jerman karena sudah berani-berani bermain api.
Yang tidak kalah hebatnya adalah ibu Siti Nurbaya, mentri Lingkungan Hidup yang tidak pernah kedengaran langkah dan geraknya sama sekali. Tetapi beliau selalu mendapat perhargaan dari luar negeri, itu artinya pekerjaan beliau diperhatikan dan mendapat apresiasi. Yah, kita tidak terlalu paham kerja si Ibu, mungkin menggetok kepala perusahaan-perusahaan yang melakukan penebangan kayu liar dan membagi-bagikan kepada rakyat lahan sitaan hasil konsensi. Si Ibu adalah salah satu Srikandi Indonesia yang bagaikan Jane menemani Tarzan yang bergelantungan di akar-akar pohon di hutan belantara dan melayang ke sana ke mari.
Yang menarik dari jajaran mentri yang baru adalah masuknya Sandiaga Uno ke dalam kabinet menemani mantan kandidat 02. Rasanya baru pertama sekali terjadi di dunia, para rival yang bertarung dalam kontestasi memperebutkan takhta singgasana telah bersatu padu demi membangun bangsa dan negara. Saya berharap para netizen +62 untuk sementara menahan segala macam pujian ataupun caci maki dan biarkan mereka paling tidak selama 100 hari untuk lebih dahulu bekerja. Walaupun bukan waktu yang lama, tetapi untuk para pemirsa sinetron channel Indonesia Raya yang ahli ghibah, itu adalah masa penantian yang bisa bikin badan merana.
Dan seperti biasa ada kelompok yang akan kuciwa karena tidak turut serta dipanggil untuk menghadap ke istana. Si mantan prihatin pasti sedang gundah gulana karena sang anak kesayangan tidak juga naik-naik pangkat menjadi orang yang ternama. Sedang si Zonki pasti sedang menggigit-gigit sendal karena telah berharap banyak untuk dijadikan sebagai pengganti mentri penguasa lautan yang kaya raya. Dia pasti merasa kalau jabatan itu sangat cocok untuk dirinya, karena dari segi postur sudah mirip bagaikan ikan Buntal yang mengandung racun, atau kalau boleh usul, sebaiknya dia dijadikan tumbal untuk melengkapi sajen bagi penunggu samudra.
Tabik.
B. Uster Kadrisson