Home > RI-1 > Orang-orang pemaaf..

Ada photo teranyar tentang ayahanda yang sedang mengunjungi ustad Arifin Ilham yang sedang sakit parah. Terus terang saya tidak kenal dan tidak pernah membaca berita tentang dia. Pernah sepertinya sekali saya melihat meme tentang seorang ustad yang mempunyai istri tiga. Tapi saya tidak begitu tertarik untuk membaca perihal berita tentang gonjang ganjing isue rumah tangga.

Dari tulisan bang Denny Siregar dan bang Birgaldo Sinaga saya kemudian mendapat sekelumit cerita kalau dia termasuk orang yang vokal dari kelompok sebelah. Menghujat dan katanya mencaci maki ayahanda dalam ceramah-ceramah seperti biasa. Juga termasuk ke dalam barisan yang ngotot sehingga membuat koh Ahok masuk penjara. Banyak lagi tautan bacaan yang lain tentang dia yang bagi saya tidak menarik untuk ditelaah.

Terlihat wajah ayahanda yang teduh saat berbicara dan berbincang-bincang dengan dia. Saya rasa beliau sudah melupakan dan memaafkan yang terjadi di masa yang sudah-sudah. Bukannya saya mendewakan beliau sehingga mata ini cuma melihat yang baik-baiknya saja. Tapi insha Allah sampai sekarang saya belum melihat adanya cacat cela.

Saya rasa beliau adalah orang yang paling pemaaf yang pernah diturunkan Allah untuk bangsa Indonesia. Kita tahu sudah seberapa ribuan banyaknya celaan dan hujatan yang ditujukan kepada beliau dan keluarganya. Perkataan yang sangat tidak pantas yang dilontarkan dari mulut dan tangan orang-orang yang katanya beragama. Semua cuma ditanggapi dengan senyuman dan komentar yang sangat pendek ‘ya sudahlah..’

Ada pendukung yang kecewa dan berkata kenapa beliau begitu tega dan tidak pernah mengunjungi koh Ahok selama di penjara. Percayalah teman, kalau beliau juga menitikkan airmata setiap kali mengingat akan sahabatnya. Langkah beliau harus berhati-hati kalau tidak nanti disalah gunakan oleh kaum pecundang yang berlindung dibalik topeng agama. Sebentar lagi sang sahabat akan bebas, kita lihat saja apa yang akan terjadi selanjutnya.

Sering kesal kalau menonton film di mana jagoannya sedang bertarung dengan pihak yang berbuat onar dan menyengsarakan. Saat di mana ada kesempatan sang jagoan bisa menghabisi nyawa lawan, dia malah berhenti dan agak tertahan. Dia memilih untuk memaafkan dan nantinya si lawan punya kesempatan untuk kembali menyerang. Kalau saya yang jadi jagoan, saya habisin dia, sorry saja kalau tiada ampun dan saya juga bukan Tuhan.

Saya termasuk bukan orang type pemaaf, saya cuma model orang pelupa. Sering kali berantem dengan teman beberapa hari kemudian saya tidak ingat sama sekali tentang apa persoalannya. Saya hanya mencoba memilih untuk menjauh dan menghindari dari segala masalah. Orang bilang ‘I burn the bridges’ atau patah arang supaya tidak ada lagi kesempatan kaki untuk kembali balik melangkah.

Beberapa waktu yang lalu KH Ma’aruf Amin meminta maaf atas perlakuannya yang membuat koh Ahok di tahan. Permintaan maaf yang tulus karena dengan fatwanyalah bola panas bergulir akhirnya menjadi besar tak tertahankan. Yang menyebabkan demo berlarut-larut yang silih berganti yang menghabiskan banyak anggaran. Terus terang hati ini bagaikan tersayat sembilu waktu ayahanda mengumumkan kalau beliau sebagai wakil yang dicalonkan.

Saat KH Ma’aruf Amin akhirnya diumumkan sebagai calon wakil dari sang petahana. Sang sahabat yang mendekam di penjara tanpa ragu langsung memberikan dukungannya. Bayangkan orang yang membawanya ke balik jeruji baja disandingkan dengan sahabatnya. Alangkah besar sekali hati beliau memberi maaf, inilah contoh orang-orang yang sudah selesai dengan dirinya.

Ada tulisan bang Denny Siregar yang tadinya juga tidak sepaham dengan pilihan ayahanda. Akhirnya memilih untuk memaafkan sang Kyai yang sudah tulus mengaku salah. Juga tulisan bang Birgaldo Sinaga tentang ustad Ilham yang saya baca di lamannya. Terus terang saya salut untuk abang berdua yang bisa membedakan dan memilah-milah.

Sangat berbeda dengan tindakan kelompok sebelah yang meminta maaf dengan hati yang setengah-setengah. Setelah sibuk menyebarkan hoax kemudian membuat pernyataan maaf tapi diujungnya tetap saja merasa tak bersalah. Jika suatu saat si Zontoloyo kepentok pohon dan jatuh ketiban duren di kepalanya sehingga dia akhirnya sadar dan meminta maaf. Saya akan bilang, Nehi..! mendingan elu enyah saja dari bumi ini dan pergi ke dunia antah berantah.

Tabik.

B. Uster Kadrisson