Home > Perjalanan > Kisah perjalanan tiga masa… (bagian pertama)..

Orangtua saya pernah bercerita ketika harus pindah dari Pekan Baru, Riau, tanah kelahirannya. Ayah yang asli Padang, menikah dengan ibu yang dari puak Melayu. Pernikahan sebenarnya tidak begitu disetujui oleh sebagian besar keluarga dari pihak ayah, walaupun nenek sebagai yang tertua sudah memberikan restu.

Para keluarga besar lainnya masih berusaha untuk menjodohkan ayah dengan perempuan dari kalangan mereka sendiri. Mereka beranggapan kalau ibu tidaklah cukup pantas untuk menyandingi. Saat itu mereka tidak begitu perduli walau sudah ada dua anak yang terlahir dari perkawinan dan sekarang bukan lagi cuma masalah suami dan istri. Akhirnya karena tidak tahan akan desakan keluarga ayah akhirnya memutuskan untuk menghindar pergi menjauhkan diri.

Kota Medan dipilih orang tua saya sebagai kota tujuan pelarian. Karena menurut mereka tidak ada sanak saudara di sana yang nanti akan menjadi biang masalah. Kejadian ini terjadi sekitar tahun tujuh puluhan. Saat itu perjalanan ke sana seperti hendak pergi ke dunia antah berantah.

Perjalanan ditempuh berhari-hari dengan menumpang bus antar kota. Jalanan yang sangat buruk dan berkelok-kelok dengan jurang di pinggir tebing terjal yang dalam menganga. Sedangkan hutan belantara yang sangat lebat di kiri dan kanan, masih belum terjamah oleh tangan manusia. Jika kadang-kadang kalau berpapasan dengan kendaraan lain dari arah yang berlawanan maka salah satu kendaraan harus berhenti dan menepi sebisa mungkin untuk mengalah.

Saya masih sangat kecil saat itu mungkin sekitar berusia dua. Cuma ada abang yang selisih satu tahun sebagai satu-satunya saudara. Ayah yang cuma selesai SMA dan ibu yang cuma tamat sekolah menengah pertama masihlah sangat muda. Ibu berkata, saat berpisah dengan keluarga tidak bisa berjanji dan tidak tahu kapan lagi akan berjumpa.

Ada photo-photo yang diambil ayah saat perjalanan itu dan dipajang di album keluarga. Saat kita beristirahat di atas batu besar di pinggir hutan belantara. Perjalanan terpaksa ditunda dan diberhentikan jika malam hari menjelang tiba. Karena terlalu berbahaya jika nanti jalanan memburuk dan bisa terperosok tak tentu arah.

Abang kadang-kadang jika melihat photo masih ingat tentang berbagai peristiwa. Sedangkan saya sama sekali buta dan tidak ingat apa-apa jua. Dia bercerita pernah suatu waktu saat berhenti istirahat makan malam di pinggir rimba. Melihat sepasang mata yang bercahaya, memandang tak berkedip seolah-olah siap siaga.

Para penumpang kemudian sibuk berdendang dan melantunkan doa-doa. Memohon sangat kepada inyiak sang penjaga belantara. Untuk segera berlalu dan membiarkan mereka untuk beristirahat barang sekejap saja. Belakangan saya baru tahu kalau dua mata bercahaya itu adalah kepunyaan harimau sang raja rimba.

Perjalanan berhari-hari terasa sangatlah panjang dan lama. Waktu melewati kelok sembilan yang sudah terkenal saat akan memasuki kota Payakumbuah. Jalan berkelok-kelok dan berliku-liku tajam, serasa menggoyang seluruh raga. Di kiri dan kanan dibentengi tebing yang curam serta dihiasi dengan jurang dalam yang terbuka.

Yang lucunya sang sopir dan kondektur selalu bercanda ria. Berpura-pura mengeluarkan suara seperti orang yang sedang sakit parah. Sehingga membuat penumpang yang segar bugar dan sehat menjadi ikut-ikutan muntah. Di akhir kelokan yang panjang, bau anyir yang menyengat sangatlah terasa.

Apalagi saat memasuki kelok ampek-ampek yang terkenal tidak ramah. Para penumpang sudah bersiap siaga dengan kantong-kantong sebagai penadah. Ada dua buah kaleng besar bekas margarine atau mentega tersedia. Jika ada yang hendak keluar dari dalam perut mereka berteriak-teriak meminta sebagai tempat untuk menjadi wadah. Atau kalau sudah tidak tahan lagi, julurkan saja kepala keluar dari jendela.

Bus berjalan perlahan seperti orang tua yang sangat renta. Terseok-seok sedepa demi sedepa menuju ke bawah. Tapi sesuatu yang sangat menarik hati adalah karunia yang Maha Kuasa. Perjalanan dihiasi dengan panorama danau Maninjau nan sangat indah.

Tabik.

 

B. Uster Kadrisson

*Keterangan photo : ayah, ibu dengan adik perempuan dan kakak sepupu.