Melihat kolage dua photo di atas yang saya temui di timeline pagi ini membuat saya berhenti sejenak dari men-scroll berita-berita yang ada dan pelan-pelan mengamatinya.
Saya tidak begitu mengenal presiden pertama kita, bung Karno. Waktu sudah lama berlalu saat beliau dipanggil oleh Allah. Saat pelajaran sejarah di sekolah, cerita yang melekat tentang beliau cuma kisah heroiknya di awal kemerdekaan, berjuang bersama dengan bung Hatta. Setelah itu sepertinya banyak yang hal-hal yang ditutup-tutupi dan mengaburkan perannya. Seolah-olah dibuat kalau beliau itu tidak terlalu istimewa.
Saya besar di jaman mbah Harto. Semua berita tentang beliau selalu ada di mana-mana. Setiap koran pagi atau pun sore pasti selalu memasang photo-photonya. Acara-acara di tv harus berhenti cuma untuk mendengar pidatonya. Yang sering terlalu panjang dan melelahkan bagi yang mendengarnya. Dan herannya saat beliau mancing juga disiarkan ke seluruh nusantara. Paling sebel kalau acara yang dipotong adalah Aneka Ria Safari..😁😁Jumpa dengan rakyat bawah, selalu disetting di awal acara. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan harus sudah melewati screening sang sutradara. Dan rakyat duduk bersimpuh mendengarkan sabdanya.
Saya pernah tinggal beberapa tahun di jalan Cendana. Tempat tinggal saya cuma sepelemparan batu saja dari kediaman beliau yang terkenal itu. Jalanan selalu penuh dengan penjagaan di setiap sudut dan setiap waktu. Kalau pulang kemalaman, saya pasti di geledah untuk masuk ke lokasi rumah.
Sekali waktu saya keluar dari tempat tinggal. Supir melihat jalanan lengang dan sepi tanpa ada kendaraan. Kita meluncur dan ternyata rombongan beliau ada dibelakang. Kalang kabut sang penjaga dan tentara untuk mengalihkan kendaraan kita. Untung kita tetanggaan kalau tidak pasti udah masuk penjara..ha ha ha..😱😱
Tapi selama saya tinggal di sana, tak sekalipun saya bersua dan bertatap muka. Walaupun kesempatan itu kadang-kadang ada, misalnya saat opening house waktu hari raya. Ada beberapa kali saat lari pagi, saya cuma melihat beliau di kejauhan, dikelilingi para ajudan. Yang saya sering ketemu adalah para mentri-mentri. Teman lari pagi saya kadang-kadang sang wakil beliau… hi..hi..hi..😁😁
Nga tahu juga kenapa, saya cuma nga punya hasrat dan keinginan untuk berjumpa. Kalau orang-orang pada tahu saya tinggal di Cendana, mereka jadi banyak bertanya. Saya jawab, ah nga ada yang istimewa, semuanya biasa-biasa saja.
Rumah saya juga dekat dengan tempat tinggal ibu Megawati. Tapi saat itu saya juga nga terlalu peduli. Banyak petinggi keluar masuk lalu lalang, seringnya malah saya nga tahu, lho.. sopo iki..
Jaman berganti saya pergi menjauh. Negeri tercinta di tinggal, ntah tahu kapan waktu saya akan kembali berlabuh. Pemimpin ganti berganti tetapi saya.. ya ora weruh..
Lima tahun yang lalu saat bertemu keluarga dan teman di Singapore. Saya diberi bocoran tentang dua putra bangsa. Yang terbaik di jamannya dan pada saat itu sedang mengabdi di wilayah Jakarta. Saya tertarik dan mengikuti mereka berdua. Ya Allah, seumur-umur baru kali ini mengagumi pejabat negara. Sejak itu saya mengikuti gerak gerik dan semua berita tentang mereka berdua. Perasaan baru sekali ini saya melihat pemimpin yang amanah.
Saya tidak percaya reinkarnasi karena itu tidak diajarkan dalam kepercayaan saya. Tapi melihat kedua photo ini saya melihat adanya kesamaan di antara beliau berdua. Seolah-olah diciptakan dari cetakan yang sama. Cetakan istimewa yang dipersiapkan Allah untuk negara Indonesia.
Salam hormat untuk anda berdua, wahai bapak bangsa.
Tabik.
B. Uster Kadrisson